Kondom VS HIV,.. Yes or No???
Temen-temen semua pasti tahu kan apa itu kondom dan HIV?
Dan apa perbedaan antara HIV dan AIDS?
Yup, kondom itu adalah salah satu alat kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah kehamilan dan mencegah penularan virus HIV.
HIV berbeda dengan AIDS, orang yang terkena virus HIV adalah orang-orang yang mulai terinfeksi HIV dan masa inkubasinya sekitar 5-10 tahun tanpa mengalami gejala apapun, sementara AIDS adalah penyakit yeng ditimbulkan setelah masa inkubasi HIV yaitu penderita mulai merasakan gejala-gejala penyakit, seperti batuk, pilek, lemah, pusing, timbul berbagai macam luka dan lain-lain.
Satu pertanyaan buat temen-temen semua…
Temen-temen tahu kan bagaimana pergaulan bebas dan seks bebas sudah tak asing lagi di negara Indonesia ini, hal tersebut mengakibatkan trend penderita HIV dari tahun ke tahun semakin meningkat. Pertanyaannya adalah:
”Apakah temen-temen setuju jika salah satu cara untuk mengendalikan prevalensi penderita HIV-AIDS adalah dengan cara menggunakan kondom dan memudahkan penyebaran kondom di masyarakat?”
Penggunaan kondom dan pemasaran kondom (ATM kondom) di masyarakat untuk mengendalikan virus HIV pun kerap menimbulkan pro dan kontra di masyarakat. Baiklah, untuk lebih mudahnya, akan saya utarakan satu per satu alasan pro dan kontra tersebut. Kita mulai dari pihak kontra.
Alasan pihak kontra menolak pemasaran kondom sebagai solusi pencegahan HIV-AIDS, antara lain:
1. Dengan mudahnya seseorang mendapatkan kondom, maka pergaulan dan seks bebas akan semakin merajarela di Indonesia. Sesuai dengan perkataan salah seorang anggota KPK, ”Jika tidak ada kesempatan, maka korupsi pun tidak akan terjadi.” Jika dikaitkan dengan kondom, maka kondom akan memberikan kesempatan kepada orang-orang ”NAKAL” untuk melakukan seks bebas.
2. Terdapat asumsi bahwa pori-pori kondom itu 4 kali lebih besar dari ukuran virus HIV, sehingga meskipun menggunakan kondom, seseorang itu tetap berpeluang untuk tertular HIV dari pasangannya.
3. Indonesia adalah negara islam, amat tidak etis jika menjual kondom secara bebas (ATM kondom), sama saja menghalalkan seks bebas.
4. Sebaiknya melakukan pendekatan agama dan psikologis kepada masyarakat untuk menanggulangi HIV-AIDS.
Sedangkan alasan pihak yang pro dengan penggunaan kondom dan pemasaran kondom secara mudah di masyarakat, antara alin:
1. Kondom merupakan salah satu alat kontrasepsi yang efektif untuk mencegah penularan HIV dan kondom bukanlah penyebab dari seks bebas, karena seks bebas sudah ada sebelum adanya kondom. Penyebab tidak mungkin muncul di akhir, tapi di permulaan.
Penyebab yang mendorong terjadinya seks bebas, antara lain:
Pergaulan bebas, biasanya akibat pengaruh teman
Alkohol
Pornografi
Masalah hubungan suami istri yang menyebabkan perselingkuhan
Banyak panti pijat plus-plus.
2. Berdasarkan penelitian yang dilakukan pada 235 pasangan dan dari tiap-tiap pasangan tersebut, salah satunya terkena HIV. Setengah dari jumlah pasangan itu senantiasa menggunakan kondom ketika berhubungan dan setengahnya lagi kadang-kadang memakai kondom dan kadang-kadang tidak.
Kemudian dimonitoring selama 2 tahun dan hasilnya adalah pasangan yang senantiasa menggunakan kondom tidak ada satu pun yang tertular HIV dari pasangannya dan pasangan yang kadang-kadang pakai, kadang-kadang ridak ternyata hanya 6 orang yang tertular. Hal ini membuktikan bahwa kondom mampu memcegah penularan HIV.
3. Asumsi yang mengatakan bahwa pori-pori kondom itu 4 kali lebih besar dari ukuran virus HIV, sehingga meskipun menggunakan kondom, seseorang itu tetap berpeluang untuk tertular HIV dari pasangannya.
Memang benar ukuran virus HIV itu sangat kecil dan pori-pori kondom lebih besar. Namun, disini terjadi kesalahfahaman. Penting untuk diketahui bahwa virus HIV itu bersifat parasit, sehingga ia tidak dapat hidup sendiri melainkan harus hidup dalam inangnya. Inang virus HIV dalam tubuh manusia adalah leukosit atau sel darah putih.
Sehingga tidak logis jika membandingkan ukuran pori-pori kondom dengan virus HIV, yang harus dibandingkan adalah ukuran pori-pori kondom dengan ukuran sel darah putih, dan sel darah putih itu lebih besar dar pori-pori kondom.
Perlu diketahui juga bahwa lapisan kondom itu tidak hanya satu lapis, tapi berlapis-lapis sehingga ketika kondom tersebut ditarik, maka pori-pori yang nampak akan sangat minim sekali, bahkan tidak terlihat.
4. Dengan memudahkan pemasaran kondom di masyarakat, berarti masyarakat yang memang sudah terbiasa dengan seks bebas akan mudah mendapatkan kondom dan menggunakannya. Karena jika dia melakukan seks bebas tanpa kondom anggaplah dosanya 2, sedangkan jika melakukan seks bebas dengan kondom anggaplah dosanya 1, karena ia tidak menularkan penyakit kepada pasangannya.
5. Seandainya anda anggaplah orang baik-baik, kemudian ada yang memberikan anda kondom. Apakah mungkin kemudian setelah anda mendapatkan kondom tersebut Anda langsung berperilaku seks bebas? Tidak kan? Karena hal ini kembali kepada akhlak dan kepribadian masing-masing orang.
6. Kemudian jika ada yang mengatakan bahwa jika kondom dipasarkan secara bebas. Bukankah pergaulan dan seks bebas akan semakin meningkat? Sebagaimana telah disebutkan di atas bahwa kondom bukanlah penyebab dari seks bebas. Namun solusi yang bisa digunakan yaitu memasarkan kondom di tempat yang benar-benar tepat, seperti diskotik dan penggunaannya pun harus tepat. Agar tidak terjadi hal seperti kita menyelesaikan satu permasalahan namun menimbulkan masalah baru
7. Yang terakhir, kenapa sering ada kasus kondom yang bocor. Jadi meskipun sudah menggunakan kondom tetap saja si wanita hamil atau pasangannya tertular HIV. Karena kita juga harus pintar memilih produk kondom, karena banyak kasus juga yaitu kondom-kondom yang dibuang oleh negara lain kemudian digunakan kembali di Indonesia.
Cukup sekian, penjabaran yang saya sampaikan di atas semoga dapat membuka hati kita untuk mendapatkan solusi terbaik dalam menurunkan prevalensi angka HIV AIDS, karena Indonesia begitu rawan. Jika HIV AIDS tidak segera ditanggulangi dengan upaya preventif atau pencegahan, maka tunggu saja saat-saat kelam. Kita tidak bisa hanya mengandalkan kuratif atan pengobatan karena hal tersebut tidak menyelesaikan sampai ke akar masalahnya.
Kita tidak boleh selalu berpangku tangan menyaksikan tiap hari ada penderita baru HIV, karena jika hal ini dibiarkan. Maka yang akan terkena HIV tidak hanya orang-orang NAKAL saja, tapi juga orang-orang baik, seperti istri sholihah yang ditulari oleh suaminya yang suka jajan dengan wanita lain, kemudian anak dari ibu tersebut, dan masih banyak lagi.
Ayo saudaraku... segera bangkit dan selamatkan bangsa kita dari ancaman HIV AIDS...
Rabu, 30 Juli 2008
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar