Oleh: Ida Farida
Ketika menyaksikan kejuaraan sepak bola dunia, Indonesia melawan Jerman atau yang lainnya. Pernahkah terlintas dalam benak kita, mengapa orang Indonesia tidak setinggi orang-orang Barat atau luar negri. Jawabannya mungkin faktor genetik, namun seberapa besar pengaruh faktor tersebut dalam menentukan tinggi badan seseorang?
Adapun potensi tinggi badan seseorang berdasarkan genetik, yaitu dapat dihitung dengan rumus sesuai dengan standar WHO, 2007:
• Laki-laki = (Tinggi Ayah + tinggi Ibu + 13 cm ) +/- 8.5cm
2
• Perempuan = ( Tinggi Ayah + ibu –13 cm) +/- 8.5cm
2
Dengan rumus tersebut dapat diperkirakan tinggi badan minimal dan maksimal setelah anak tersebut mengalami pertumbuhan sempurna. Untuk laki-laki masa akhir pertumbuhannya pada usia 21 tahun, sementara wanita sampai 19 tahun. Mengapa wanita lebih cepat berakhir masa pertumbuhannya, karena masa puber wanita juga lebih cepat.
Faktor lain yang mempengaruhi tinggi badan seseorang adalah faktor nutrisi, terutama kebiasaan mengkonsumsi susu. Berdasarkan Annual Report UNDP 1998, rata-rata konsumsi susu orang Indonesia per orang per bulan hanya 1,5 liter. Berbeda jauh dengan konsumsi susu di Singapura yang sudah mencapai 10 liter tiap bulan, bahkan di India mencapai 13 liter.
Lantas, mengapa orang Indonesia sangat sedikit mengkonsumsi susu, jawabannya kembali kepada faktor ekonomi dan kurangnya promosi akan pentingnya susu bagi pertumbuhan tulang yang optimal. Biasanya promosi susu hanya untuk balita, ibu hamil dan menyusui, padahal kalangan remaja dan dewasa pun membutuhkan susu.
Berdasarkan Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2004 bagi orang Indonesia, tinggi badan yang ideal untuk laki-laki usia 19-29 tahun yaitu 165 cm dengan berat badan 56 kg dan untuk wanita usia 19-29 tahun yaitu 156 cm dengan berat badan 52 kg.
So, jika saat ini tinggi badan kita kurang dari standart tersebut, tidak perlu sedih dan kecewa, namun harus tetap bersyukur, karena nikmat Allah yang lain jauh lebih banyak dan tak terhitung banyaknya. Semoga bermanfaat!
Ciputat, 31 Maret 2009
Jumat, 19 Juni 2009
bahaya lahir sungsang
Oleh: Ida Farida
Mendapatkan buah hati adalah impian setiap orang tua, terutama oleh calon ibu. Namun, bagaimana jika ibu harus melahirkan bayi dalam posisi sungsang alias kaki bayi yang berada di mulut rahim. Hal ini tentu akan sangat berbahaya baik bagi ibu maupun sang bayi. Walaupun ada beberapa kasus lahir sungsang yang selamat.
Alasan kelahiran sungsang berbahaya, yaitu karena pada saat bayi lahir dalam keadaan kaki keluar terlebih dahulu, maka untuk mengeluarkan kepala yang masih tertinggal di rahim tidak ada yang mendorong, karena fungsi kaki jika keluar belakangan, yaitu untuk mendorong kepala dan badan bayi keluar.
Alasan lain yaitu organ pernapasan ada di bagian kepala, ketika kepala sulit keluar atau bahkan macet di lubang vagina, maka kemungkinan bayi akan mengalami gangguan bernapas, karena sebagian organ tubuh lain sudah berada di alam luar rahim. Hal ini dapat mengakibatkan kecacatan organ tubuh bahkan kematian pada bayi maupun ibunya.
Jika menemukan kasus seperti ini, biasanya dokter langsung menyarankan untuk melahirkan sesara sesar. Namun, bagi para dukun beranak, biasanya perut ibu hamil tersebut dipijat dan memutar posisi bayi agar kepala terletak di bawah, sehingga dapat melahirkan secara normal. Subhanallah…
Ciputat, 31 Maret 2009
Mendapatkan buah hati adalah impian setiap orang tua, terutama oleh calon ibu. Namun, bagaimana jika ibu harus melahirkan bayi dalam posisi sungsang alias kaki bayi yang berada di mulut rahim. Hal ini tentu akan sangat berbahaya baik bagi ibu maupun sang bayi. Walaupun ada beberapa kasus lahir sungsang yang selamat.
Alasan kelahiran sungsang berbahaya, yaitu karena pada saat bayi lahir dalam keadaan kaki keluar terlebih dahulu, maka untuk mengeluarkan kepala yang masih tertinggal di rahim tidak ada yang mendorong, karena fungsi kaki jika keluar belakangan, yaitu untuk mendorong kepala dan badan bayi keluar.
Alasan lain yaitu organ pernapasan ada di bagian kepala, ketika kepala sulit keluar atau bahkan macet di lubang vagina, maka kemungkinan bayi akan mengalami gangguan bernapas, karena sebagian organ tubuh lain sudah berada di alam luar rahim. Hal ini dapat mengakibatkan kecacatan organ tubuh bahkan kematian pada bayi maupun ibunya.
Jika menemukan kasus seperti ini, biasanya dokter langsung menyarankan untuk melahirkan sesara sesar. Namun, bagi para dukun beranak, biasanya perut ibu hamil tersebut dipijat dan memutar posisi bayi agar kepala terletak di bawah, sehingga dapat melahirkan secara normal. Subhanallah…
Ciputat, 31 Maret 2009
Mengejar surga
Mengejar Surga
oleh: Ida Farida
Dari Ibnu Umar ra beliau berkata: Rasulullah saw memegang pundakku kemudian bersabda: "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan engkau orang asing atau orang yang lewat di jalan." Dan Ibnu Umar berkata: "Ketika engkau sore-sore, maka janganlah engkau menanti pagi, dan ketika pagi-pagi, maka janganlah engkau menanti sore, dan pergunakanlah kesehatanmu sebelum sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu sebelum matimu." (HR Bukhari).
Hidup di dunia memang singkat, ibarat seseorang yang lewat di jalan atau yang singgah untuk berteduh dari hujan. Setelah reda, orang tersebut harus kembali melanjutkan perjalanannya. Begitupula halnya dengan kehidupan, seseorang dilahirkan kemudian menjalani hari-harinya dengan penuh warna, silih berganti suka maupun duka dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam lauful mahfuz. Setelah itu dia harus kembali melanjutkan perjalanan melewati gerbang kematian.
Rata-rata manusia menjalani hidup di dunia selama 70-80 tahun walaupun ada beberapa orang yang bisa mencapai 100 tahun, namun jumlahnya hanya sedikit dan tampak sangat renta. Rasulullah saw saja wafat pada usia 63 tahun. Coba bandingkan antara kehidupan dunia yang hanya terdiri dari 2-3 digit angka (2 digit = 70 tahun, 3 digit = 100 tahun) dengan kehidupan akhirat yang jumlah digitnya tak terhingga karena akhirat bersifat abadi. Relakah kita menukar kebahagiaan dunia yang amat singkat dengan kesengsaraan akhirat yang tak tiada akhir akibat berbuat maksiat.
Allah hanya memberikan manusia dua pilihan, surga dan neraka. Tidak ada pilihan ketiga atau tengah-tengah. Pilihan mutlak yang harus dipilih adalah surga sebagai muara akhir kehidupan karena manusia tidak akan sanggup menahan suramnya derita neraka. Namun, jalan menuju surga membutuhkan pengorbanan dan perjuangan yang besar. "Dihampiri jalan menuju surga itu dengan berbagai hal yang kebanyakan manusia membencinya (amal kebaikan). Dan dihampiri jalan menuju neraka itu dengan keindahan yang melenakan (syahwat)" (HR Bukhari).
Dan janganlah engkau merasa senang dengan menghambur-hamburkan waktu dengan kesibukan yang sia-sia dan tidak ada faedahnya. Manfaatkan waktu yang singkat ini untuk mengejar surga dan memburu cinta Allah dengan memperbanyak amal ma'ruf nahi munkar. Hidup ini terlalu singkat untuk menjadi orang biasa, maka berjuanglah menjadi hamaba Allah yang luar biasa.
Tidak rindukah kira dengan perjumpaan dengan Allah dan mendengar secara langsung ucapan salam kasih sayang dari-Nya? "(Kepada mereka dikatakan): 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." (QS Yaasin [36]: 58). Pertanyaan terakhir, adakah yang lebih indah dari menatap wajah Allah di surga?
Ciputat, 14 Maret 2009
Pukul 13.48
oleh: Ida Farida
Dari Ibnu Umar ra beliau berkata: Rasulullah saw memegang pundakku kemudian bersabda: "Jadilah engkau di dunia ini seakan-akan engkau orang asing atau orang yang lewat di jalan." Dan Ibnu Umar berkata: "Ketika engkau sore-sore, maka janganlah engkau menanti pagi, dan ketika pagi-pagi, maka janganlah engkau menanti sore, dan pergunakanlah kesehatanmu sebelum sakitmu, dan pergunakanlah hidupmu sebelum matimu." (HR Bukhari).
Hidup di dunia memang singkat, ibarat seseorang yang lewat di jalan atau yang singgah untuk berteduh dari hujan. Setelah reda, orang tersebut harus kembali melanjutkan perjalanannya. Begitupula halnya dengan kehidupan, seseorang dilahirkan kemudian menjalani hari-harinya dengan penuh warna, silih berganti suka maupun duka dalam batas waktu yang telah ditetapkan dalam lauful mahfuz. Setelah itu dia harus kembali melanjutkan perjalanan melewati gerbang kematian.
Rata-rata manusia menjalani hidup di dunia selama 70-80 tahun walaupun ada beberapa orang yang bisa mencapai 100 tahun, namun jumlahnya hanya sedikit dan tampak sangat renta. Rasulullah saw saja wafat pada usia 63 tahun. Coba bandingkan antara kehidupan dunia yang hanya terdiri dari 2-3 digit angka (2 digit = 70 tahun, 3 digit = 100 tahun) dengan kehidupan akhirat yang jumlah digitnya tak terhingga karena akhirat bersifat abadi. Relakah kita menukar kebahagiaan dunia yang amat singkat dengan kesengsaraan akhirat yang tak tiada akhir akibat berbuat maksiat.
Allah hanya memberikan manusia dua pilihan, surga dan neraka. Tidak ada pilihan ketiga atau tengah-tengah. Pilihan mutlak yang harus dipilih adalah surga sebagai muara akhir kehidupan karena manusia tidak akan sanggup menahan suramnya derita neraka. Namun, jalan menuju surga membutuhkan pengorbanan dan perjuangan yang besar. "Dihampiri jalan menuju surga itu dengan berbagai hal yang kebanyakan manusia membencinya (amal kebaikan). Dan dihampiri jalan menuju neraka itu dengan keindahan yang melenakan (syahwat)" (HR Bukhari).
Dan janganlah engkau merasa senang dengan menghambur-hamburkan waktu dengan kesibukan yang sia-sia dan tidak ada faedahnya. Manfaatkan waktu yang singkat ini untuk mengejar surga dan memburu cinta Allah dengan memperbanyak amal ma'ruf nahi munkar. Hidup ini terlalu singkat untuk menjadi orang biasa, maka berjuanglah menjadi hamaba Allah yang luar biasa.
Tidak rindukah kira dengan perjumpaan dengan Allah dan mendengar secara langsung ucapan salam kasih sayang dari-Nya? "(Kepada mereka dikatakan): 'Salam', sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang." (QS Yaasin [36]: 58). Pertanyaan terakhir, adakah yang lebih indah dari menatap wajah Allah di surga?
Ciputat, 14 Maret 2009
Pukul 13.48
Langganan:
Postingan (Atom)